Kata-kata Motivasi Sembilan Puluh persen dari semua orang yang gagal sebenarnya tidak kalah...mereka hanya menyerah
- Paul J Meyer -

Sungguh Nyata

PENGAKUAN IMAN RASULI
1. Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, khalik langit dan
bumi.
2. Dan kepada Yesus Kristus AnakNya Yang Tunggal, Tuhan Kita.
3. Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.
4. Yang menderita sengsara dibawah pemerintahan Pontius Pilatus,
disalibkan mati dan dikuburkan turun ke dalam kerajaan maut.
5. Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati.
6. Naik ke surga, duduk disebelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa.
7. Dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup
dan yang mati.
8. Aku percaya kepada Roh Kudus.
9. Gereja yang Kudus dan Am, persekutuan Orang Kudus
10. Pengampunan Dosa.
11. Kebangkitan Tubuh.
12. dan Hidup Yang Kekal.
AMIN.

Rabu, 27 Januari 2010

Doa dan Rumah Doa (4)

D. Sikap Jasmani
Doa sering ditarik ke ekstrem sebagai soal hati, bukan soal tubuh, sehingga ada kecenderungan sebagian orang untuk sama sekali tidak mempedulikan kepatutan sikap tubuh ketika berdoa. Alasan yang biasa dipakai, Allah Roh adanya dan menyembahNya juga dalam roh (Yoh. 4:24). Yang penting adalah hati yang sungguh-sungguh. Alasan lain lagi, ada sebagian orang merasa tidak biasa ketika berdoa dengan sikap berlutut atau mengangkat tangan. Namun, tentang sikap tubuh dalam doa ternyata PL cukup konsisten.

1. Gerakan Tubuh
Umumnya doa dalam PL dilakukan sambil berdiri (1Sam. 1:26; 1Raj. 8:22; 2Taw. 20:5, 13), jarang duduk (2Sam. 2:18). Yang juga umum adalah sikap rebah dengan muka sampai ke tanah (Kej. 24:26, 48; Kel. 34:8; Bil. 16:22; Ul. 9:25; Yos. 7:6; 1Taw. 29:20; Yeh. 9:8; 11:13) atau berlutut (1Raj. 8:54; 2Taw. 6:13; Ezr. 9:5; Dan. 6:10). Sikap doa dengan menundukkan kepala juga ada (Kej. 24:26; 1Taw. 29:20; NKJV 2Taw. 29:30 “bowed their heads”). Melihat beberapa contoh sikap tubuh ini, bersujud adalah sikap yang wajar, “Sujudlah kepada TUHAN dengan berhiaskan kekudusan!” (Mzm. 29:2). Terjemahan “bersujud” untuk kata kerja Ibrani hiĆ takhawa (“membungkuk dalam-dalam”) lebih baik ketimbang Inggris “worship” (“beribadah”), karena jelas gerakan tubuhnya.

Orang berdoa dikatakan juga merentangkan tangan terbuka ke atas. Tangan mempunyai makna simbolik. Tangan manusia bisa mewakili sisi hidupnya yang kelihatan sebagaimana hati mewakili sisi hidupnya yang tak kelihatan. Nyatanya tangan manusia memang berbeda dari tangan makhluk hidup lain. Dengannya orang membuat kelihatan sesuatu yang tidak kelihatan (ide, keindahan, perasaan). Karya-karya indah lahir dari tangan perancang mode, arsitek, pematung, pelukis, pengarang, komponis, violinis, dan sebagainya. Secara simbolik dalam PL tangan sering dipakai untuk menggambarkan Tuhan secara lebih konkret. Tuhan Roh adanya dan sebenarnya tak dapat dibayangkan, tetapi “tangan Tuhan” dapat dibayangkan menurut gaya bahasa antropomorfisme. Manusia dikatakan “buatan tangan” Tuhan (Ayb. 14:15). Kekuatan Tuhan yang dapat diandalkan ketika menolong digambarkan dengan tanganNya (Kej. 49:24), juga kekuatanNya ketika menghukum (Kel. 9:15; 1Sam. 5:9).

Dengan berdoa merentangkan tangan ke atas ada dua pengertian simbolik. Pertama, pendoa keluar dari diri dan dunianya dan hanya berharap pada pertolongan di atas (1Raj. 8:22, 54; Ezr. 9:5; Mzm. 143:6; Rat. 2:19)

Dengarkanlah suara permohonanku, apabila aku berteriak kepadaMu minta tolong, dan mengangkat tanganku ke arah tempatMu yang maha kudus (Mzm. 28:2).

Dengan mengangkat tangan berdoa, pemazmur berharap Tuhan akan bermurah hati mengabulkan permohonannya dan ia sudah siap dengan tangan masih terbuka menerima pemberianNya. Ia memohon Penguasa alam semesta hadir dalam momen-momen hidupnya di dunia ini.

Kedua, dengan berdoa merentangkan tangan orang juga menyatakan bahwa tangannya tidak menyembunyikan sesuatu di hadapan Yang Mahatahu. Tidak ada kecurangan, tipu muslihat, hati yang mendua. Dirinya transparan seperti tangannya yang terbuka.

Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan mukaKu, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah (Yes. 1:15).

Dalam ayat di atas nabi menegur umat yang telah melakukan banyak hal ritual (Yes. 1:11-14), namun kesucian tangan diabaikan. Seorang yang berdoa harus berani menyatakan bahwa tangannya betul-betul bersih dari penindasan.

2. Kerendahan hati
Gerakan tubuh seperti mengangkat tangan atau membungkukkan tubuh dalam PL bukan sesuatu yang berlebihan. Banyak contoh dalam PB masih meneruskan kebiasaan sikap tubuh demikian: berdiri (Mat. 6:5; Mrk. 11:25; Luk. 18:11, 13), rebah dengan muka ke tanah (Mat. 26:39), berlutut (Ef. 3:14), mengangkat tangan (NKJV 1Tim. 2:8 “lifting up holy hands”). Beberapa gereja modern masih mempertahankan gerak sujud dalam ibadah (Anglikan, Lutheran, Ortodoks Yunani). Inti dari gerakan tubuh dan tangan dalam berdoa adalah sikap rendah hati. Berbicara dengan Yang Mahakudus, Yang Mahatinggi, haruslah dengan sikap batin dan lahir demikian.

Sekalipun sikap sujud dalam kebanyakan gereja sudah ditiadakan, gantinya adalah duduk dan berdiri, sikap tubuh dalam berdoa bukan cuma masalah kebiasaan. Bersujud dalam doa adalah hal biasa dan transkultural, sebab di hadapan Tuhan yang mulia semua orang pada suatu hari juga harus berlutut.

Demi Aku sendiri Aku telah bersumpah, dari mulutKu telah keluar kebenaran, suatu firman yang tidak dapat ditarik kembali: dan semua orang akan bertekuk lutut di hadapanKu, dan akan bersumpah setia dalam segala bahasa (Yes. 45:23; Rm. 14:11).

Supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku, “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa! (Flp. 2:10-11).

Perlunya ungkapan lahiriah dari kerendahan hati, rasa syukur, sikap tunduk, diperkuat temuan psikologis bahwa antara jiwa dan tubuh terdapat hubungan saling mempengaruhi yang amat kuat (fenomena psikosomatik). Sebagai contoh, kenapa ada perintah “Angkatlah tanganmu ke tempat kudus dan pujilah TUHAN!” (Mzm. 134:2) dan bukan “Angkatlah hati”? Hati tidak selalu siap. Apalagi bila suasana emosi sedang datar atau sedang murung. Tetapi tangan lebih siap. Mudah-mudahan sesudah tangan diangkat, hati yang belum siap akan terangkat juga berkat pengaruh psikosomatik tadi, sehingga akhirnya tubuh-jiwa sekaligus terangkat memuji Tuhan.

Bukan secara kebetulan Alkitab memandang manusia tidak sebagai tubuh saja atau jiwa saja, tetapi kesatuan tubuh-jiwa yang tak terpisahkan kecuali dalam kematian. Bila konstitusi manusia demikian, doa seharusnya juga merupakan kombinasi antara sikap hati dan tubuh. Memang doa bukan cuma masalah hati. Mengingat kesatuan tubuh-jiwa manusia, gerak tubuhnya dalam berdoa sedikit banyak mencerminkan dan sekaligus mempengaruhi sikap batinnya. Sebaiknya juga tidak dipertentangkan apakah doa adalah masalah hati atau sikap tubuh. Pada dasarnya, dalam keadaan biasa, sikap rendah hati ketika berdoa sebaiknya terungkap dalam sikap tubuh, karena bagi manusia doa menyangkut hati sekaligus tubuh.

Tidak ada komentar:

Powered By Blogger