Kata-kata Motivasi Sembilan Puluh persen dari semua orang yang gagal sebenarnya tidak kalah...mereka hanya menyerah
- Paul J Meyer -

Sungguh Nyata

PENGAKUAN IMAN RASULI
1. Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, khalik langit dan
bumi.
2. Dan kepada Yesus Kristus AnakNya Yang Tunggal, Tuhan Kita.
3. Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria.
4. Yang menderita sengsara dibawah pemerintahan Pontius Pilatus,
disalibkan mati dan dikuburkan turun ke dalam kerajaan maut.
5. Pada hari yang ketiga bangkit pula dari antara orang mati.
6. Naik ke surga, duduk disebelah kanan Allah, Bapa yang Mahakuasa.
7. Dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup
dan yang mati.
8. Aku percaya kepada Roh Kudus.
9. Gereja yang Kudus dan Am, persekutuan Orang Kudus
10. Pengampunan Dosa.
11. Kebangkitan Tubuh.
12. dan Hidup Yang Kekal.
AMIN.

Kamis, 03 Juni 2010

Kuasa Di Balik Pujian (Mazmur 22:4)

Mazmur 22:4,   Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.

Belum semua orang kristen memahami kuasa di balik  pujian dan penyembahan. Padahal ayat di atas telah menga-takan bahwa Tuhan duduk bersemayam di atas puji-pujian umat-Nya. Mereka beranggapan bahwa pujian kepada Tuhan itu tak ubahnya seperti orang menyanyikan lagu-lagu sekuler pada umumnya. Padahal menyanyikan pujian kepada Tuhan sangat berbeda dengan menyanyikan nyanyian biasa. Karena nyanyian biasa paling-paling hanya bisa “menembus” kebutuhan jiwani (beberapa lagu-lagu sekuler bisa sebatas mendatangkan perasaan senang). Sementara pujian kepada Allah akan mampu membawa kita kepada dimensi yang lain itulah dimensi roh.
Kehidupan manusia tidak hanya bisa “terpuaskan” dengan pemenuhan kebutuhan fisik dan jiwani saja. Manusia juga membutuhkan pemenuhan kebutuhan rohani.
Ketika umat Tuhan memuji Dia lewat pujian penyembahan, firman Tuhan berkata bahwa pada saat yang sama Tuhan akan bertahta di atas pujian penyembahan umat-Nya. Kehadiran Tuhan itu pasti membawa suatu dampak yang luar biasa. Coba kembali renungkan peristiwa sekitar  2000  tahun  yang  silam saat  dimana Tuhan Yesus berada dimanapun selalu ditandai dengan penyataan mujizat dan berbagai perbuatan-perbuatan ajaib Allah yang mentakjubkan.
Banyak orang sakit dan cacat (buta,  kusta, timpang sejak lahir, kerasukan setan, dan lain sebagainya) mengalami kesembuhan dan mujizat pemulihan di saat berjumpa dengan Tuhan Yesus. Sayangnya masih ada sebagian orang kristen yang beranggapan bahwa ini semua peristiwa “masa lampau”. Padahal perjumpaan dengan Tuhan masih bisa dialami di zaman ini. Dan salah satunya adalah lewat pujian dan penyembahan.
Ketika umat Tuhan menyembah Dia maka ada kuasa Allah yang dilepaskan dari Sorga. Beberapa di antaranya adalah:
1. Kuasa Gelap Dilumpuhkan
Mazmur 149:6-9, Biarlah pujian pengagungan Allah ada dalam kerongkongan mereka, dan pedang bermata dua di tangan mereka, untuk melakukan pembalasan terhadap bangsa-bangsa, penyiksaan-penyiksaan terhadap suku-suku bangsa,  untuk membelenggu raja-raja mereka dengan rantai, dan orang-orang mereka yang mulia dengan tali-tali besi, untuk melaksanakan terhadap mereka hukuman seperti yang tertulis. Itulah semarak bagi semua orang yang dikasihi-Nya. Haleluya!
Di saat umat Allah memuji dan menyembah Allah dengan benar, firman Tuhan berkata bahwa pada saat yang sama pula kita sedang membelenggu dan melum-puhkan kuasa-kuasa kegelapan. Suku-suku bangsa yang dimaksud dalam ayat di atas bu-kanlah manusia biasa. Tetapi mereka adalah penghulu kerajaan kegelapan, itulah Iblis dan pesuruh-pesuruhnya. Karena untuk menghadapi mereka tidak dibutuhkan senja-ta-senjata secara fisik tetapi kuasa Allah.
2 Korintus 10:4, Karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperleng-
kapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng.
Dan salah satunya adalah lewat pujian dan penyembahan. Ketika umat Allah memuji dan menyembah Allah dalam roh dan kebenaran, maka benteng-benteng musuh-musuh rohani di runtuhkan.
1 Samuel 16:23, Dan setiap kali apabila roh yang dari pada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan me-mainkannya; Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur dari padanya.
Setiap kali Daud memainkan kecapinya dalam pujian dan penyembahan, maka roh jahat yang “biasa” menguasai Saul dihalau keluar dari padanya. Hal yang serupa pernah dialami oleh seorang anak Tuhan yang di saat memuji dan menyembah Allah dengan perma-inan gitarnya yang tidak terlalu profesional, namun tujuh orang pemuda dibebaskan dari  kuasa gelap yang mencengkeram  hidupnya.
Bisa dibayangkan bagaimana indahnya kehidupan (pribadi maupun keluarga) apabila kita hidup dalam suasana pujian dan penyembahan setiap hari. Yang pasti area kita akan “steril” dari pengaruh kuasa kegelapan.

2. Menerima Inspirasi Allah
2 Raja-Raja 3:15-19, Maka sekarang, jemputlah bagiku seorang pemetik kecapi.” Pada waktu pemetik kecapi itu bermain kecapi, maka kekuasaan TUHAN meliputi dia.  Kemudian berkatalah ia: “Beginilah firman TUHAN: Biarlah di lembah ini dibuat parit-parit, sebab beginilah firman TUHAN: Kamu tidak akan mendapat angin dan hujan, namun lembah ini akan penuh dengan air, sehingga kamu serta ternak sembelihan dan hewan pengangkut dapat minum. Dan itu pun adalah perkara ringan di mata TUHAN; juga orang Moab akan diserahkan-Nya ke dalam tanganmu. Kamu akan memusnahkan segala kota yang berkubu dan segala kota pilihan; kamu akan menumbangkan segala
pohon yang baik; kamu akan menutup segala mata air dan kamu akan merusakkan segala ladang yang baik dengan batu-batu.”
Di tengah-tengah menghadapi situasi kekurangan air dan kepungan musuh-musuh yang hebat, Yosafat meminta sekutunya raja Israel untuk mencari nabi Tuhan. Ketika mereka berjumpa dengan Elisa, nabi Tuhan pada waktu itu, mereka diperintahkan untuk mencari pemaian kecapi. Tujuannya? Untuk mempersembahkan pujian dan penyembahan kepada Tuhan. Dan heran, ketika pemain keca-pi ini memainkan musik pujian dan penyem-bahan kepada Tuhan, inpirasi turun ke atas nabi Tuhan. Lewat inspirasi yang turun ini, mereka mendapat pentunjuk dalam mengatasi situasi sukar yang sedang mereka hadapi.
2 Raja-Raja 3:18, Dan itu pun adalah per-kara ringan di mata TUHAN; juga orang Moab akan diserahkan-Nya ke dalam tanganmu.
Bagi Tuhan tidak ada satupun perkara sukar yang tidak bisa dipecahkannya dengan mudah. Semua perkara mudah bagi Allah. Betapa indahnya hidup yang mengandalkan kemampu-an Allah yang ekstra ordinari ini. Karena itu jadikan peujian dan penyembahan sebagai gaya hidup sehari-hari. Orang yang hidup dengan gaya hidup seperti ini tidak akan kekurangan hikmat Allah dalam kehidupan sehari-hari. Ingatlah hikmat Allah turun atas Salomo sete-lah ia mempersembahkan korban bakaran kepada-Nya 1 Raj. 3:4-5, 12.
Pujian dan penyembahan adalah sebuah persembahan yang sangat memperkenankan hati Tuhan. Ketika umat Tuhan mempersem-bahkan pujian dan penyembahan, maka hikmat Allah akan turun dengan limpahnya atas kita.

3. Allah Berperang Ganti Kita
2 Tawarikh 20:21-22, Setelah ia berunding dengan rakyat, ia mengangkat orang-orang yang akan menyanyi nyanyian untuk TUHAN dan memuji TUHAN dalam pakaian kudus yang semarak pada waktu me-
reka keluar di muka orang-orang bersenjata, sambil berkata: "Nyanyikanlah nyanyian syukur bagi TUHAN, bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!" Ketika mereka mulai bersorak-sorai dan menyanyikan nyanyian pujian, dibuat TUHANlah penghadangan terhadap bani Amon dan Moab, dan orang-orang dari pegunungan Seir, yang hendak menyerang Yehuda, sehingga mereka terpukul kalah.
Dua ayat di atas jelas mengatakan ketika umat Tuhan menaikkan pujian dan penyem-bahan maka Tuhan mengadakan pengha-dangan terhadap musuh-musuh umat-Nya. Dengan kata lain, ketika memuji dan menyembah Allah, maka Ia siap berperang ganti kita. Cara Tuhan berperang jelas berbe-da dengan cara kita. Cara Tuhan berperang itu begitu efektif dan meraih hasil yang besar. Musuh-musuh yang ditakuti oleh Yosafat dan raja Israel dikalahkan dengan mudah tanpa keterlibatan Yosafat dan “seku-tunya”. Mengapa Tuhan senang kita mena-ikkan pujian dan penyembahan dikala kita sedang menghadapi situasi yang sulit?. Jawabannya sederhana, supaya kita tidak terjebak dengan persungutan 1 Kor. 10:10 atau perkataan-perkataan negatif lainnya.
Ayub 34:36, Ah, kiranya Ayub diuji terus-menerus, karena ia menjawab seperti orang-orang jahat!.
Lamanya ujian yang dihadapi oleh Ayub amat ditentukan oleh sikap dan perkataan-nya. Tidak disangkali tidaklah mudah menghadapi situasi sukar yang dialami oleh Ayub (bayangkan dalam satu hari, ia bukan hanya kehilangan harta bendanya, tetapi juga disertai kematian sepuluh anak kesa-yangannya, masih ditambah lagi penyakit kulit yang ia alami secara mendadak, ditinggalkan oleh istrinya, semua dalam waktu yang hampir bersamaan. Namun per-hatikan selama ia belum bersikap dan berkata dengan benar, maka ia belum lulus dalam ujiannya. Berarti, ia masih akan terus “Berputar-putar” dalam ujian sama yang amat ia tidak sukai. Kenali prinsip ini, supaya di saat berhadapan dengan ujian atau berbagai kesukaran lainnya, kita tidak bersikap dan berkata yang kontraproduk-tif. Firman Tuhan mengajarkan naikkan pujian dan penyembahan di tengah-tengah situasi sulit apapun. Hasilnya justru akan membuat kita terkagum-kagum.

4. Menarik Jiwa-Jiwa Datang Kepada Dia
Mazmur 40:4, Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada TUHAN.
Satu lagi dampak dasyat dari pujian dan penyembahan yang tidak kalah pentingnya, ketika kita memiliki gaya hidup memuji dan menyembah Allah, maka kuasa Tuhan akan nyata dalam menarik orang datang kepada-Nya lewat kehidupan kita Yoh. 12:32 (Dan Aku, apabila Aku ditinggi-kan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku). Tidak satupun orang bisa datang dekat kepada Bapa jika bukan Roh Allah yang menariknya. Jangan pernah mencoba “menobatkan”/mengubah orang dengan kekuatan manusia kita. Perubahan hanya bisa dikerjakan oleh Tuhan. Kuasa Allah akan menarik orang datang kepada-Nya melalui kehidupan yang memberikan pujian dan penyembahan kepada Tuhan. Ini berarti orang yang hidup dalam pujian dan penyembahan akan berbuah-buah secara rohani.

DUA MACAM NYANYIAN (Why. 15:3)
Alkitab berkata ada dua macam nyanyian sehubungan dengan persoalan yang dihadapi dalam hidup sehari-hari.
1. Nyanyian Musa
Inilah nyanyian sukacita karena telah mengalami kemenangan atas segala persoalan yang dihadapi selama ini.
Ketika umat Israel “berhasil” keluar dari segala kesukaran Mesir, mereka menyanyi dan menari karena sukacita Kel. 15:1. Inilah nyanyian baru yang Tuhan berikan kepada setiap umat-Nya yang keluar sebagai pemenang!
2. Nyanyian Anak Domba
Inilah nyanyian di tengah-tengah menghadapi ujian, pen-cobaan  dan kesukaran dalam hidup. Meskipun belum meli-hat “jalan keluar” tetapi tetap bisa bersyukur karena iman!

IMAN DAN PERCAYA

Kata "iman" dan  kata kerjanya "percaya" sering muncul dalam Al­kitab, dan memang merupakan istilah penting yang meng­gam­bar­kan hubungan antara umat  atau  seseorang  dengan Allah. Di bawah ini akan ditin­jau secara singkat  makna istilah itu dalam Alkitab, khususnya dalam Perjanjian Baru. Kata "iman" yang dipakai dalam Perjanjian Baru me­ru­pakan terjemahan dari kata Yunani πίστις (pistis), sedangkan kata kerja­nya "percaya" adalah terjemahan dari kata πιστεύω (pisteuoo).  Kata-kata ini sudah dipakai dalam Septuaginta, Alkitab Ibrani (Perjanjian Lama) dalam bahasa Yunani, sebagai terjemahan kata Ibrani ¤m' (aman), yang berarti keadaan yang benar dan dapat dipercayai/diandalkan. Kata ini dan kata-kata sekelompoknya dalam Alkitab Ibrani sering digunakan untuk me­nyatakan rasa percaya kepada Allah dan percaya kepada firman-Nya. Per­caya kepada Allah mencakup arti percaya bahwa Ia benar dan dapat diandalkan, mempercayakan diri kepada-Nya, dan taat serta setia kepa­da-Nya. Percaya pada firman-Nya berarti percaya dan menerima  apa yang sudah difirmankan-Nya itu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa istilah iman dan percaya dalam Alkitab sering mengandung komponen-komponen makna sebagai berikut:
  1. percaya dan menerima bahwa sesuatu itu benar,
  2. mengandalkan/mempercayakan diri
  3. setia, dan
  4. taat. 
Kata Yunani pistis sering mempunyai komponen-komponen makna seperti tersebut di atas, baik dalam Septuaginta maupun dalam Perjanjian Baru. Dalam konteks tertentu hanya satu atau dua komponen makna yang difokuskan, dan komponen lainnya tidak ditekankan, atau malahan tidak berlaku.
Dalam Perjanjian Baru, "iman" terutama ditujukan kepada Yesus, yaitu percaya kepada-Nya dan perkataan-Nya, bahwa Dia adalah Tuhan dan Juruselamat, dan mempercayakan diri kepada-Nya, serta juga percaya dan menerima kebenaran Injil. Berikut ini kita akan memeriksa arti  pistis dan pisteuoo dalam terjemahan Perjanjian Baru bahasa Indonesia versi Terjemahan Baru (TB):
Matius 9:22           "Imanmu telah menyelamatkan engkau!" 
Iman di sini berarti percaya kepada perkataan Yesus dan mem­percayakan diri kepada-Nya. Bandingkan terjemahan dalam Alki­tab Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS): "Karena engkau percaya kepada-Ku, engkau sembuh!"         
Markus 1:15          "Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!"
Kata percaya di sini menekankan komponen makna pertama, yak­ni bahwa Injil itu benar dan dapat dipercaya, sehingga dapat juga diterjemahkan, "Percayalah dan terimalah Injil!"
Galatia 2:16            Kami pun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan karena iman dalam Kristus.
Dalam ayat ini "percaya" dan "iman", kedua-duanya memiliki se­lu­ruh komponen maknanya. "Iman dalam Kristus" berarti percaya bahwa Injil tentang Yesus itu benar, dan mempercayakan diri kepada Yesus dengan komitmen akan setia dan taat kepada-Nya.
Roma 10:9              Sebab jika engkau mengaku dengan mulutmu bahwa
Yesus adalah Tuhan, dan percaya dengan hatimu
bahwa Allah telah membangkitkan Dia…
"Percaya" di sini adalah percaya akan berita tentang kebangkitan-Nya, dan menerimanya dengan segala konsekuensinya. Kata paralel "meng­aku menunjukkan bahwa percaya itu bermuara dalam per­bu­atan pengakuan. Ungkapan "percaya dalam hati" menandakan  bah­wa percaya itu harus kuat dan teguh.
Yohanes 2:24        Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka.
TB menekankan komponen makna yang kedua dalam konteks ini, yakni  komponen "mempercayakan diri." Begitu juga BIS menerje­mah­kannya:  "Tetapi Yesus sendiri tidak percaya mereka."
Selain arti yang pokok seperti diuraikan dengan beberapa contoh di atas, "iman" dalam PB menurut konteksnya kadang-kadang mempu­nyai arti yang berbeda, yaitu:
  1. kemampuan atau sifat baik orang Kristen, atau
  2. agama Kristen, atau juga
  3. ajaran atau doktrin Kristen.
Umpamanya:
Roma 12:6              "Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita                                 melakukannya sesuai dengan iman kita."
Kata "iman" di sini menunjukkan sifat atau kesanggupan, sehing­ga BIS menerjemahkannya, "Orang yang mempunyai karunia untuk mengabarkan berita dari Allah, harus mengabarkan berita dari Allah itu menurut kemampuan yang ada padanya."
Efesus 4:5              Satu Tuhan, satu iman, satu baptisan.
Kata "iman" di sini dapat diartikan sebagai agama, yakni agama Kristen. 
Yudas 3                  "Kamu tetap berjuang untuk mempertahankan iman                                 yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus."
"Kasihilah musuhmu"
(1Raj 21:17-29: Mat 5:43-48)
.
"Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang
menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang
di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik
dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila
kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut
cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada
saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain?
Bukankah orang yang tidak mengenal Tuhan pun berbuat demikian? Karena itu
haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."
(Mat 5:43-48), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
· Berbagai perbedaan pendapat, pikiran, cita-cita, harapan, visi-misi, SARA,
dst. sering menimbulkan kebencian, permusuhan dan balas dendam, sebagaimana
banyak terjadi pada akhir-akhir ini, antara lain kasus Monas, 1 Juni 2008
(FPI) yang diikuti oleh ancaman balas dendam dari anggota kelompok yang telah
tersakiti. Tenaga, perhatian dan dana akhirnya tercurah untuk mendamaikan,
dengan kata lain kiranya terjadi pemborosan tenaga, perhatian dan dana dalam
aneka bentuk kebencian, permusuhan dan balas dendam. Maka marilah kita hayati
dan sebarluaskan sabda Yesus hari ini: "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi
mereka yang menganiaya kamu". Musuh atau yang menganiaya kita dapat berupa
manusia, suasana, tugas pekerjaan, makanan dan minuman maupun harta benda,
artinya siapa atau apa saja yang 'kurang berkenan di hati kita' atau tidak
sesuai dengan selera pribadi kita. Kasihilah berarti kerjakanlah, makan dan
minumlah, dst.. Secara khusus saya angkat di sini masalah 'makanan dan
minuman': hendaknya makan dan minum tidak mengikuti selera pribadi melainkan
sesuai dengan norma kesehatan 'empat sehat lima sempurna' jangan mengikuti
norma enak dan tidak enak, melainkan sehat atau tidak sehat, dan tentu saja
pilihlah yang membuat kita sehat. Enak dan tidak enak atau nikmat dan tidak
nikmat dalam hal makan dan minum hanya sekejap saja di lidah/mulut, maka
meskipun tidak enak dan tidak nikmat tetapi sehat hendaknya 'disantap' saja,
kalau perlu langsung ditelan dan tak usah dikunyah; ingatlah Tuhan telah
menganugerahkan 'mesin giling' luar biasa dalam usus kita. Perihal berdoa bagi
yang menganiaya kiranya lebih terarah pada sesama manusia, maka jika ada rekan
atau sesama yang kurang berkenan di hati atau bahkan menyakiti kita, dan dengan
demikian kita malas atau enggan bertemu dengannya, marilah kita doakan, sebagai
Yesus berdoa bagi mereka yang menyalibkanNya ketika Ia tergantung di kayu
salib: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka
perbuat."(Luk 23:34)

· "Sudahkah kaulihat, bahwa Ahab merendahkan diri di hadapan-Ku? Oleh karena
ia telah merendahkan diri di hadapan-Ku, maka Aku tidak akan mendatangkan
malapetaka dalam zamannya; barulah dalam zaman anaknya Aku akan mendatangkan
malapetaka atas keluarganya."(1Raj 21:29), demikian firman Tuhan kepada Elia.
Merendahkan diri di hadapan Tuhan berarti menempatkan diri sebagai ciptaanNya
dan sepenuhnya mengandal kan atau mempersembahkan diri kepadaNya dengan rendah
hati. Aneka macam bentuk malapetaka di dunia ini kiranya terjadi karena
kesombongan manusia, yang disertai dengan keserakahan dan kebohongan. Maka jika
kita mendambakan atau mengharapkan tiada malapetaka, marilah kita saling rendah
hati satu sama lain dan sepenuhnya mempersembahkan diri kepada Tuhan. Rendah
hati kiranya juga merupakan buah dan jiwa dari sikap 'mengasihi musuh maupun
berdoa bagi yang menganiaya' kita Rendah hati juga berarti senantiasa siap
sedia hati rela berkorban serta berjiwa besar untuk 'dikasihi'
(dipuji,.ditegor, dikritik, dinasihati, dilecehkan, diperintah, di.dst). Dengan
demikian hendaknya aneka macam bentuk perlakuan orang lain terhadap kita,
termasuk yang menyakiti, menganiaya dan memusuhi kita hendaknya dihayati
sebagai bentuk kasih orang lain terhadap kita dan kepada mereka kita ucapkan
'terima kasih'. Ingat dan sadari bahwa untuk 'menyakiti atau menganiaya' kita
dalam bentuk apapun kiranya orang yang bersangkutan telah mempersiapkan diri
begitu lama, artinya begitu lama mencurahkan perhatian kepada kita, yang
berarti mengasihi dan memperhatikan kita. Sikap 'berterima kasih' terhadap
aneka macam sapaan, sentuhan, perlakuan orang lain terhadap kita hemat saya
juga merupakan salah satu perwujudan atau pengahayatan perintah Yesus
:"Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu"

"Kasihanilah aku, ya Tuhan, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku
menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan
tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku,"(Mzm
51:3-5a)
Powered By Blogger